Polisi.News – Sektor yang selama ini dikenal sebagai andalan bulu tangkis Indonesia tersebut tampaknya masih mengalami krisis sejak tahun lalu.
Ganda putra Indonesia belum bisa memberi garansi sepeninggalan Marcus Fernaldi Gideon/Kevin Sanjaya Sukamuljo dan Mohammad Ahsan/Hendra Setiawan.
Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto yang sempat memberi harapan dengan mengisi peringkat satu dunia belum bisa keluar dari inkonsistensi..
Meski berhasil mempertahankan gelar juara pada All England Open 2024, performa mereka tetap mengkhawatirkan saat menghadapi lawan-lawan kuat.
Dalam 20 turnamen individu terakhir, Fajar/Rian hanya enam kali lolos lebih jauh dari perempat final, fase di mana para pasangan unggulan beradu dalam bagan pertandingan.
Puncaknya adalah ketika mereka dikalahkan Liang Wei Keng/Wang Chang pada partai kedua Indonesia vs dengan China di final Thomas Cup 2024, Minggu (5/5/2024).
Fajar/Rian tertikung secara menyakitkan di pengujung gim ketiga. Mereka kalah dengan skor 18-21, 21-17, 17-21.
Mirisnya, itu adalah kekalahan keempat secara beruntun yang dialami duo FajRi dari Liang/Wang dan dengan skema yang sama yaitu unggul duluan, tertikung, dan akhirnya kalah.
“Beberapa kali kami melawan Liang/Wang, sering kali, terutama di tiga pertemuan terakhir, kami selalu sudah unggul tetapi kurang bisa memaksimalkan dan memanfaatkan keunggulan,” ucap Rian setelah laga, dikutip dari Antara.
Ujian berat ganda putra Indonesia pun bertambah karena pelapis Fajar/Rian yaitu Muhammad Shohibul Fikri/Bagas Maulana atau Leo Rolly Carnando/Daniel Marthin juga tidak lebih baik.
Bahkan Fikri/Bagas dan Leo/Daniel tidak mampu merebut tiket Olimpiade saat ganda putra Indonesia awalnya dijagokan bisa mengirimkan dua wakil.
Sorotan besar tertuju kepada Fikri/Bagas yang merupakan ganda putra kedua Indonesia dalam peringkat dunia dan otomatis, di tim beregu untuk Thomas Cup.
Fikri/Bagas kalah dari He Ji Ting/Ren Xiang Yu kendati unggul dalam rekor pertemuan. Mereka gagal mengatasi tekanan dan kalah mudah 11-21, 15-21 dalam 38 menit.
Menurunkan Fikri/Bagas di partai final, di sebuah ajang beregu prestisius, memang sedikit menimbulkan tanda tanya untuk ofisial tim Merah Putih dan PBSI.
Pasalnya, rekam jejak Fikri/Bagas di pertandingan final mentok dengan hasil runner-up dari sejak membuat sensasi dengan menjuarai All England Open 2022.
Sejak saat itu Fikri/Bagas selalu kalah di lima pertandingan final, termasuk dengan lawan yang tidak lebih diunggulkan, dan cuma sekali bisa memaksakan rubber.
“Kami sudah berusaha menyusul ketertinggalan hanya memang belum bisa keluar dari tekanan,” ungkap Fikri dikutip dari pers rilis PBSI.
“Ini menjadi pelajaran berharga dan pengalaman karena kami baru pertama kaii turun di final Piala Thomas.”
“Beban pasti ada tapi kami harus mengatasi hal itu. Tadi juga kami coba serileks mungkin saat masuk lapangan, main saja seperti biasa.”
“Menampilkan yang terbaik tapi lawan juga turun dengan keyakinan dan kepercayaan diri yang tinggi,” jelas Fikri.
Bagaimanapun, kekalahan Indonesia pada final Thomas Cup 2024 meninggalkan PR besar karena hilangnya sektor yang biasanya menjadi kartu As.
Pada Olimpiade Paris 2024 nanti, peluang Fajar/Rian sebagai satu-satunya wakil di ganda putra juga dikelilingi tanda tanya jika tidak berbenah.
Situasi regenerasi pasca-Olimpiade juga akan mendatangkan tanda tanya.
Sebab pasangan junior dan pelapis di bawah Fikri/Bagas dan Leo/Daniel pun belum ada yang konsisten tampil menggigit di turnamen internasional.